Judul : Sejarah Desa Rhee
Penulis : Juanda, Suharli
Sinopsis Buku :
Desa Rhee dibentuk pada tanggal 19 April 1654 Masehi atau bertepatan dengan 2 Jumadil Akhir 1064 Hijriah. Secara administratif, Desa Rhee berada dalam wilayah Kabupaten Sumbawa Provinsi Nusa Tenggara Barat. RE sendiri berarti ilalang. Perubahan menjadi RHEE karena adanya interferensi bahasa Belanda.
Sebelum bermigrasi ke wilayah yang banyak ditumbuhi ilalang, warga dulunya bermukim di Batu Putih. Jaraknya cukup jauh dengan lahan pertanian atau sumber kehidupan warga dan akses yang cukup sulit serta perkembangan penduduk desa. Oleh Nyaka Kuling Haluan bersama warga diputuskan pemindahan desa ke Rhee.
Warga Desa Rhee berasal dari Batu Putih dan sebagian berasal dari Desa Sampe (Sampe Beru, Sampe Pati, Sampe Brang, Seseng, dan Brang Miri). Warga Desa Sampe kemudian kembali berpindah dan menyebar ke wilayah Desa Rhee, Desa Sabedo, Desa Bale Brang, Dusun Poto Pedu Desa Rhee, Desa Luk, Desa Sepayung, dan Langangka Kecamatan Plampang. Sekarang, Labangka sudah menjadi mekar dari Kecamatan Plampang. Jadi, warga Desa Sampe umumnya berasal dari warga bagian selatan Sumbawa.
Sepanjang usianya, Desa Rhee pernah dipimpin oleh Nyaka Kuling Haluan, Nyaka Bandar Umar, dan Nyaka Sompa Sano. Periodisasi nyaka berlangsung sekitar tahun 1654-sebelum kemerdekaan Republik Indonesia. Setelah Indonesia merdeka, Desa Rhee pernah dipimpin oleh Abdul Majid (1946-1969), Tojang (1969-1976), Moestaram Bangkalan (1977-1998), Dawid Adal Aji (1998-2006), Ramli (2006-2007), Hadi Anto (2007-2010), Burhanuddin (2012-2017, putra Abdul Majid), Ali Rida (2017-2018 dan 2020-2021), Halidi (2018-2020), dan Edy Firmansyah, NL.P., S.H. (2021-2026).
Reviews
There are no reviews yet.